Surakarta, 23 April 2025 – Suara yang ramai belum tentu bermakna. Dalam dunia yang penuh notifikasi, opini kilat, dan narasi instan, mahasiswa dituntut tidak hanya mampu bersuara, tapi juga berpikir. Menjawab tantangan ini, Senat Mahasiswa (SEMA) FEBI UIN Raden Mas Said Surakarta menggelar Pelatihan Critical Thinking and Communication Skill bertajuk Parlemen Rekacipta.
Kegiatan ini menjadi ruang reflektif sekaligus praktis untuk merawat dua aset penting mahasiswa: akal sehat dan kemampuan berkomunikasi. Hadir membuka acara, Wakil Dekan III FEBI, Bapak Ika Yoga, M.Pd.I., menyampaikan bahwa komunikasi yang efektif dan pemikiran yang tajam adalah modal utama mahasiswa dalam menghadapi dunia pasca-kampus. “IPK penting, tapi komunikasi dan relasi akan membuka pintu lebih besar,” tegasnya.
Pelatihan ini menghadirkan Bapak Luthfi Hamdani, Kaprodi Bisnis Digital Politeknik Akbara Surakarta, yang membawakan materi penuh gagasan dan ketajaman. Beliau menekankan tiga pilar utama: pentingnya menyikapi realitas dengan idealisme yang berpijak, menjadikan masalah sebagai pemicu solusi, dan menghidupkan advokasi mahasiswa dengan empati, bukan sekadar suara keras. Di sesi sebelumnya, pelatihan dipandu oleh Sahabat Naufal Kenshi yang menampilkan gaya santai dan membumi, mengajak peserta berdiskusi tanpa kehilangan arah.
Ketua Umum SEMA FEBI, Sahabat Adel, turut menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan tanggung jawab moral organisasi dalam menyiapkan mahasiswa yang mampu berpikir jernih dan berbicara efektif. Ia berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut sebagai ikhtiar kolektif membentuk mahasiswa yang kritis, solutif, dan komunikatif.
Kegiatan ini menegaskan bahwa menjadi mahasiswa bukan semata soal menyelesaikan SKS dan skripsi, tapi juga soal menyusun argumen, membaca zaman, dan menyuarakan ide dengan nalar yang tajam dan hati yang peduli. Parlemen Rekacipta bukan sekadar pelatihan, tapi ruang pertumbuhan. Seperti yang ditegaskan dalam penutup acara: “Masalah hanya akan teridentifikasi jika kita kritis dan peduli.”