Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam (FEBI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta telah menyelenggarakan Seminar Nasional Keilmuan dengan tema “Ekonomi Islam Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di gedung Graha IAIN Surakarta, Selasa (21/6).Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi Mayarakat Ekonomi Asean (MEA). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari acara Semarak Ramadhan 1437 H. Turut hadir Dr. Mudofir, S.Ag.M.Pd selaku Rektor IAIN Surakarta sekaligus membuka acara seminar nasional.
Dengan mendatangkan tiga pembicara, materi yang pertama disampaikan oleh Prof. Mudrajad Kuncoro yang merupakan seorang Pakar Ekonomi Islam dan Ketua Jurusan Doktor UGM. Beliau menyampaikan bagaimana cara meningkatkan peran mahasiswa sebagai agent of change. Beliau menyampaikan juga untuk menjadi sebuah agen perubahan, kita harus mampu berubah, mengetahui diri sendiri dan mengenal diri sendiri. Di mulai dari membuat konsep dan perencanaan yang matang, kreatif, dan inovatif serta mampu mengatur waktu. Mempelajari proses adalah hal yang tidak boleh ketinggalan. “Pelajari proses karena dibalik sukses ada prosesnya. Karena sukses kalian tidak dinilai atau di tentukan dari IPK yang tinggi saja,” ujarnya.
Pembicara yang kedua yaitu Prof. Muhammad selaku Ketua DSN MUI Yogyakarta sekaligus dosen STIE Yogyakarta. Beliau membahas tentang Strategi Pewujudan dan Pengembangan Sistem Sistem Ekonomi Islam. Muhammad menyampaikan presepsi masyarakat tentang ekonomi Islam. Ekonomi Islam selalu identik dengan keuangan dan perbankan syariah. Di identikan dengan simbol-simbol Bahasa Arab padahal ekonomi syariah adalah adalah sesuatu yang luas yang terkait dengan akidah, syariah, akhlaq dan diidentikkan dengan Fiqih Muamalah .
Sedangkan pemateri terakhir yaitu Andri Priyono. Beliau menyampaikan tentang pebisnis di Indonesia yang jumlahnya masih minim. Menurutnya, untuk membangun bisnis itu perlu mentor dan jaringan untuk meraih sukses. Berpikir di atas rata-rata orang lain dan jangan meminimalkan impian atau cita-cita atau target. Visi harus tajam, harus ada keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Berani menentukan pilihan dan mengambil keputusan,berani bangkit. (mgMira)