Ilustrasi digital bergaya flat menampilkan pria dan wanita berjabat tangan dengan latar hijau, simbol bulan sabit-bintang Islam, dan ikon dolar emas, disertai teks besar 'Pasar Sukuk Korporasi Global: Saat Etika dan Bisnis Bertemu di Jalur Syariah'

Pasar Sukuk Korporasi Global: Saat Etika dan Bisnis Bertemu di Jalur Syariah

Oleh: Prof Dr Hj Datien Eriska Utami, SE, Msi

Menelaah dinamika pasar sukuk korporasi global, peran otoritas syariah, dan kepastian regulasi dalam memperkuat keuangan syariah dunia

Sukuk mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, tapi instrumen keuangan ini semakin bersinar di panggung global. Tidak hanya sebagai alternatif pembiayaan berbasis syariah, pasar sukuk korporasi global kini jadi medan yang mempertemukan nilai-nilai etika, kekuatan finansial, dan kepastian hukum.

Dalam orasi ilmiah yang mengupas tajuk “Dinamika Pasar Sukuk Korporasi Global”, muncul benang merah yang penting: suksesnya sukuk tak hanya ditentukan oleh neraca keuangan perusahaan, tapi juga oleh pengawasan syariah yang kuat dan regulasi hukum yang berpihak pada transparansi serta perlindungan investor.

Keuangan: Faktor yang Tak Bisa Diabaikan

Seperti halnya pasar obligasi, sukuk sangat bergantung pada kesehatan finansial perusahaan. Data menunjukkan bahwa perusahaan dengan ukuran besar dan tingkat utang yang tinggi cenderung lebih aktif menerbitkan sukuk. Uniknya, tingkat keuntungan atau profitabilitas justru bukan faktor utama.

Di sisi lain, faktor eksternal seperti suku bunga dan kestabilan ekonomi negara juga ikut bermain. Jadi, meski berlabel “syariah”, pasar sukuk tetap tak lepas dari fluktuasi ekonomi global.

Peran Dewan Syariah: Penjaga Etika dan Kepercayaan

Setiap sukuk harus disetujui oleh Sharia Supervisory Board (SSB) — tim ahli syariah yang memastikan bahwa produk keuangan ini benar-benar patuh prinsip Islam. Mereka memverifikasi apakah sukuk berbasis ijarah (sewa), mudharabah (kemitraan), atau wakalah (agen) sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Bukan sekadar simbol, keberadaan SSB yang kompeten dan independen bisa jadi faktor penentu kepercayaan investor, baik dari kalangan Muslim maupun institusi global. Tantangannya? Harmonisasi fatwa antarnegara, agar tidak terjadi kebingungan di tengah investor internasional.

Sebagai produk keuangan yang berbeda dari obligasi konvensional, sukuk butuh kerangka hukum yang spesifik. Sayangnya, banyak negara belum punya regulasi yang kuat untuk memastikan kontrak syariah bisa ditegakkan, serta melindungi investor dengan transparansi penuh.

Contoh terbaik saat ini masih didominasi oleh Malaysia dan Uni Emirat Arab, sementara negara lain harus bergegas mengejar dengan regulasi yang sinkron antara hukum nasional dan prinsip syariah.

Menuju Pasar Sukuk yang Kuat dan Kompetitif

Pasar sukuk punya potensi besar, tapi hanya jika ketiga pilar — keuangan yang sehat, pengawasan syariah yang terpercaya, dan regulasi hukum yang kokoh — bergerak dalam satu irama.

Apa yang bisa kita lakukan?

  • Dorong edukasi dan riset soal sukuk di dunia akademik dan industri;
  • Bangun kapasitas Dewan Pengawas Syariah agar lebih profesional dan global-minded;
  • Bentuk kerangka hukum nasional yang selaras dengan standar syariah internasional.

Dengan kerja sama lintas negara, sektor industri, dan dunia akademik, pasar sukuk korporasi global bisa tumbuh sebagai pilar keuangan yang bukan hanya kompetitif — tapi juga beretika dan inklusif.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya di FEBI UIN Raden Mas Said Surakarta.

Ilustrasi empat orang saling berbagi lampu bohlam bercahaya sebagai simbol berbagi pengetahuan, dengan latar hijau dan teks besar bertuliskan 'Nurturistic Knowledge Sharing: Saat Empati Jadi Senjata Rahasia Kinerja Organisasi

Nurturistic Knowledge Sharing: Saat Empati Jadi Senjata Rahasia Kinerja Organisasi

Oleh: Prof. Dr. Fitri Wulandari, S.E., M.Si.

Di tengah dunia kerja yang makin kompetitif, kita sering mendengar istilah knowledge sharing atau berbagi pengetahuan. Tapi bagaimana jika praktik berbagi ini tidak sekadar transfer informasi biasa, melainkan dilakukan dengan empati, kepedulian, dan semangat saling dukung? Inilah yang saya sebut sebagai Nurturistic Knowledge Sharing Quality—konsep yang menjadi inti dari orasi ilmiah saya.

Berbeda dari budaya kerja yang kaku dan penuh kompetisi, nurturistic sharing mendorong karyawan untuk saling membantu tanpa pamrih. Kita tak hanya berbagi karena disuruh atau berharap imbalan, tapi karena ingin tumbuh bersama. Ini adalah bentuk profesionalisme yang hangat, manusiawi, dan ternyata… sangat efektif!

Karyawan Bukan Sekadar Sumber Daya, Tapi Mitra Tumbuh

Organisasi yang hebat bukan hanya yang punya teknologi canggih atau struktur yang rapi, tapi yang punya karyawan yang saling percaya dan peduli. Ketika lingkungan kerja mendukung budaya berbagi pengetahuan yang tulus, hasilnya luar biasa: kinerja meningkat, inovasi bermunculan, dan loyalitas karyawan pun menguat.

Namun, budaya ini tidak muncul begitu saja. Dibutuhkan komitmen organisasional yang kuat—bukan hanya dari manajemen puncak, tapi juga dari setiap individu. Komitmen ini mencakup rasa memiliki terhadap organisasi, kesadaran akan tanggung jawab bersama, dan keinginan untuk tetap berkontribusi dalam jangka panjang.

Dampaknya? Nyata dan Jangka Panjang

Studi saya menunjukkan bahwa kombinasi nurturistic sharing dan komitmen tinggi menghasilkan karyawan yang lebih produktif, lebih kolaboratif, dan lebih tahan terhadap tekanan perubahan. Organisasi pun jadi lebih adaptif, lebih berkelanjutan, dan lebih “manusia”.

Tidak ada salahnya kita mulai bertanya: apakah kita sudah cukup peduli pada rekan kerja? Apakah kita mau berbagi ilmu dengan tulus, atau masih menahan informasi demi gengsi? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kecil itu bisa berdampak besar pada masa depan organisasi kita.

Saatnya Berbagi dengan Hati

Di era pascapandemi ini, kita ditantang untuk membangun organisasi yang tidak hanya efisien, tapi juga berempati. Budaya kerja yang ramah, terbuka, dan saling mendukung bukan hanya membuat kita merasa nyaman, tapi juga mendorong performa yang lebih tinggi. Dengan Nurturistic Knowledge Sharing, kita tidak hanya bekerja—kita tumbuh bersama.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya di FEBI UIN Raden Mas Said Surakarta