Terkini

FEBI UIN RM Said dan Santri Pesantren Semangat Kurangi Limbah Plastik

FEBI News | Meskipun dalam beberapa tahun terakhir kampanye pengurangan limbah plastik cukup massif disampaikan, tetapi sampah plastik masih cukup banyak ditemukan di berbagai tempat. Tidak terkecuali di lingkungan dimana banyak orang bertempat tinggal, misalnya pondok pesantren. Dalam setahun terakhir, memang sudah mulai muncul kesadaran untuk mengelola sampah plastik misalnya dengan membuat bank sampah. Namun begitu, diperlukan terobosan dan upaya agar limbah plastik bisa dimanfaatkan ulang menjadi barang berharga dan bernilai ekonomis.

Sebagai salah satu ikhtiar untuk mendorong pengolahan limbah plastik tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan tiga dosen FEBI UIN Raden Mas Said Surakarta yakni Khairul Imam, M. Zainal Anwar dan Rahmawati Khoiriyah mendesain kegiatan yang bertujuan untuk mengolah limbah plastik sebagai barang yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Kegiatan bertajuk “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Melalui Pengolahan Limbah Plastik” ini diselenggarakan di aula Pondok Darussalam Kartasura Sukoharjo pada Sabtu (16/4). Hadir sebagai peserta adalah sekitar 50 santri pondok yang berada di sekitar Kartasura misalnya Ponpes Darussalam, Ponpes Istiqomah dan sebagainya.

“Kolaborasi kegiatan dengan santri pondok pesantren bertujuan agar sampah di pesantren bisa dikelola dengan baik. Selain itu, skema kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini hendak membangkitkan kesadaran santri bahwa limpah plastik bisa dikelola dengan baik dan mengubahnya menjadi barang berharga dan bahkan bernilai ekonomis,” ujar Khairul Imam sebagai ketua pelaksana kegiatan.

Pemilihan peserta yang berasal dari pondok pesantren ini bukan tanpa alasan. Selain sebagai bekal di masa depan, para santri yang berasal dari berbagai daerah dan mayoritas kuliah di perguruan tinggi ini berpotensi menggerakkan ekonomi kreatif. “Kehidupan komunal santri di pondok ditambah dengan interaksi intensif setiap hari bisa mendorong mereka mengisi kegiatan luang dengan hal berguna salah satunya adalah mengolah limbah plastik,” imbuh Rahma yang juga aktivis gender di kampus.

Ekonomi Kreatif Berbasis Limbah

Dalam kegiatan ini, para peserta dibekali beberapa bahan limbah plastik yang mudah ditemui yakni botol dan gelas air minum serta kain bekas yang sudah tidak terpakai. Kedua bahan ini menjadi bahan utama dan menjadi bahan untuk eksperimen karena mudah ditemui dan cukup berlimpah. Untuk melengkapinya, panitia menyediakan gunting dan lem agar para peserta bisa berkreasi dengan limbah plastik tersebut. Dengan panduan dan tutorial dari Elvira selaku narasumber kegiatan, para peserta mulai mengolah dan membuat berbagai kerajinan dengan bahas plastik tersebut.

Dengan bekal tersebut, para peserta dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk berkresi dengan bahan yang ada. Setelah berdiskusi dan lalu beraksi, setiap kelompok berinovasi dan mencoba mengolah limbah plastik dan kain tersebut menjadi berbagai bahan berharga dan bernilai ekonomi. Ada kelompok yang mampu membuat tempat pensil, vas bunga hingga tempat gantungan jilbab dengan memanfaatkan gantungan dan bahan gelas air mineral.

Ketika diminta untuk melakukan presentasi, beberapa peserta mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan ini membuka kesadaran mereka bahwa sampah plastik bisa diolah menjadi barang berharga. “Jadi tidak semua dibawa ke bank sampah. Bisa juga nantinya dimanfaatkan dan bahkan bisa dijual jika dilakukan dengan serius,” ujar Rani, salah satu peserta kegiatan.

Merespons hal tersebut, M. Zainal Anwar mengatakan bahwa para peserta telah mulai menyadari betapa sampah plastik tidak hanya dapat dibawa ke bank sampah tetapi dapat juga diolah menjadi bahan bernilai ekonomi. Hal ini menjadi cikal bakal ekonomi kreatif berbasis limbah. “Para santri berpotensi menjadi penggerak ekonomi kreatif karena mereka punya waktu bersama yang cukup intens di dalam asrama pondok. Kebersamaan ini menjadi modal penting dan bisa memunculkan inovasi,” imbuh staf pengajar FEBI yang tiga tahun terakhir melakukan pengabdian di komunitas bank sampah.

Ke depan, diperlukan langkah kolaborasi dan sinergi antar pihak. Perguruan tinggi, pondok pesantren, pemerintah dan komunitas masyarakat adalah komponen penting agar pengelolaan sampah bisa dilakukan secara terpadu dan memiliki nilai ekonomi untuk menambah pendapat ekonomi keluarga. “Masing-masing pihak perlu intensif bertemu agar persoalan lingkungan ini bisa diubah menjadi potensi ekonomi kreatif,” imbuh Zainal. Red: Rahmawati Khoriyah.

Leave Your Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Alamat

Jl. Pandawa No.14, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo

Layanan Akademik

Senin – Jumat
08:00  – 15 :00 WIB

If you have any question, feel free to contact us

Newsletter

Join our newsletter for latest Updates
[mc4wp_form id="625"]