FEBI News| Seoul-Korea Selatan (13/8/2024) Dua Dosen FEBI UIN Surakarta Dr. Fitri wulandari, M.Si dan Drs. Azis Slamet Wiyono, MM, melakukan pengabdian kepada masyarakat di delegasi South Korea Education yang diikuti oleh 21 negara pada 13 Agustus 2024 di Korea Selatan. Peserta PKM adalah para generasi muda yang sedang studi di sekolah dan mahasiswa di berbagai kampus di 21 negara. Delegasi South Korea Education berbicara tentang SDGs danHalal pariwisata (halal tourism) memiliki relevansi dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang berkaitan dengan keberlanjutan, inklusivitas, dan kesejahteraan sosial.
Halal pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi di daerah-daerah yang terlibat dalam sektor pariwisata, membantu mengurangi kemiskinan. Industri halal pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, terutama dengan menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan partisipasi ekonomi di sektor pariwisata. Halal pariwisata mendorong praktik-praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk dalam hal makanan, akomodasi, dan aktivitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip halal dan ramah lingkungan. Halal pariwisata dapat membantu mengurangi kesenjangan dengan menyediakan layanan dan fasilitas yang inklusif bagi wisatawan Muslim dan non-Muslim, mempromosikan kesetaraan dalam akses terhadap pariwisata.
Pada kasus halal food, Dr. Fitri menyampaikan bahwa di beberapa negara non-Muslim termasuk Korea Selatan, sulit menemukan makanan halal karena keterbatasan jumlah restoran, toko, dan supermarket yang menyediakan produk halal. Proses sertifikasi halal di korea bisa jadi tidak seragam atau bahkan tidak tersedia, yang menyebabkan ketidakpastian bagi konsumen Muslim mengenai status kehalalan produk, termasuk pada saat mengikuti berbagai kegiatan selalu mencari tahu komposisi makanan yang ada apakah halal atau tidak. Masyarakat dan pelaku industri di Korea selatan kurang memahami kebutuhan dan standar halal, yang dapat menyebabkan kesalahan dalam penyediaan makanan yang dianggap halal. risiko kontaminasi silang antara makanan halal dan non-halal lebih tinggi, termasuk pada saat pelatihan membuat kimbab, masih ada bahan yang mengandung babi, padahal peserta pelatihan Sebagian adalah muslim, sehingga Sebagian peserta memakan kimbab hasil pelatihan karena tidak ada informasi kandungan bahannya.

Add a Comment
You must be logged in to post a comment